Permasalahan lingkungan global tentunya menjadi menjadi perhatian besar bagi masyarakat di seluruh dunia. Dampak kelalaian dan ketidakpedulian manusia dalam rentang waktu sekian lama telah dirasakan oleh semua lapisan masyarakat. Bencana alam yang semakin sering terjadi, anomali iklim, menurunnya keanekaragamaan hayati, merupakan sebagian kecil bukti yang menunjukkan bahwa bumi sedang mengalami krisis.
Gambar diatas merupakan salah satu bukti nyata bahwa bumi sedang berada pada masa krusial akibat sikap apatis manusia. Contohnya adalah kerusakan lingkungan Kota Semarang akibat sampah plastik. Kota Semarang, sebagai ibu kota Jawa Tengah yang selalu ramai, menghadapi masalah serius akibat banyaknya sampah plastik. Potensi kerusakan lingkungan yang besar akibat adanya sampah menimbulkan beberapa permasalahan jangka panjang, antara lain banjir, penyakit kulit, dan kerusakan ekosistem, serta sumber air bersih yang sulit untuk didapatkan.
Sebagian besar krisis lingkungan secara implisit membentuk babak baru terhadap krisis ekologi, yakni ancaman kerusakan lingkungan berskala global. Menurut John Bellamy Foster sebagai profesor sosiologi Amerika di Universitas Oregon munculnya krisis lingkungan secara masif terjadi setelah tahun 1945. Kegiatan ekonomi yang didominasi oleh perusahaan besar menghasilkan produk sintetis yang tidak dapat terurai secara alami. Produksi dan pemakaian produk-produk sintetis dalam skala besar telah mengganggu siklus ekologis planet ini secara menyeluruh sehingga rekonstruksi untuk menjaga lingkungan memerlukan ruang keterlibatan semua lapisan masyarakat.
Pada dasarnya setiap bagian memiliki peran penting dalam upaya mewujudkan Environment Policy atau kebijakan ramah lingkungan, baik organisasi maupun perusahaan, terutama keterlibatan generasi muda sebagai promotor perubahan. Contoh sederhananya adalah mengubah kebiasaan penggunaan plastik sebagai opsi utama kemasan makanan atau minuman dan beralih ke penggunaan kemasan yang ramah lingkungan serta mudah di daur ulang, dimana upaya tersebut harus disebar luaskan oleh generasi muda sebagai pengguna dominan media sosial saat ini.
Meskipun tidak ada definisi internasional yang disepakati secara universal mengenai kelompok usia muda, PBB menyebut pemuda sebagai kelompok di usia 15 hingga 24 tahun. Saat ini, terdapat 1,2 miliar generasi muda berusia 15 hingga 24 tahun, yang merupakan 16% dari populasi global. Pada tahun 2030, jumlah pemuda diproyeksikan meningkat sebesar 7%, menjadi hampir 1,3 miliar.
Menurut George Arthur Akerlof seorang ekonom dari Amerika Serikat, terdapat tujuh tahapan tingkat kepedulian dari yang terendah sampai yang tertinggi, antara lain:
Di tengah tantangan besar seperti perubahan iklim dan polusi limbah yang sedang dihadapi dunia saat ini,, kehadiran empat inovator dari PT. Indah Kiat Pulp & Paper yang merupakan bagian dari APP, adalah sebuah cerita yang patut diapresiasi dalam mewadahi mobilisasi generasi muda terhadap program Enviroment Policy.
Keempat inovator tersebut adalah Dina Ferydsa Verdiana, Andre Aldrin, Syamsul Rijal, dan Agustinus Rheza. Meskipun masing-masing dari mereka memiliki latar belakang dan keahlian yang berbeda, mereka mampu bersatu dalam satu visi, yaitu melawan masalah sampah yang berdampak buruk pada lingkungan. Program tersebut berhasil diwujudkan oleh PT. Indah Kiat Pulp & Paper Serang Mill melalui tujuan mengubah paradigma atau kerangka pengelolaan sampah di masyarakat sekitar wilayah operasional. Hal ini merupakan solusi konkret terhadap masalah sampah yang semakin meluas. Bank Sampah Digital adalah sistem pengumpulan sampah yang memungkinkan pabrik mengumpulkan sampah kertas dari penduduk setempat untuk digunakan dalam proses produksi. Kertas yang diperoleh nantinya akan dijadikan sebagai bahan recycle untuk pembuatan kertas putih, dimana hasil limbah kertas diolah kembali menjadi bahan baku untuk pembangkit tenaga listrik di PT. Indah Kiat Pulp & Paper, sumber energi tersebut bernama Biosludge.
Kemudian, bentuk inovasi lain dalam mengurangi populasi limbah plastik, PT. Indah Kiat Pulp & Paper mempunyai produk Foopak Bio Natura sebagai kertas kemasan makanan dan minuman yang ramah terhadap lingkungan.
Foopak Bio Natura dirancang untuk menjadi solusi kemasan makanan dan minuman ramah lingkungan menggunakan sumber kayu bersertifikat, OBA free, tahan suhu tinggi, menjadikan produk ini memiliki fungsi yang lebih unggul dibandingkan cupstock biasa. Karena sifatnya yang non-plastik, maka dapat dibuat kompos dalam waktu 12 minggu di fasilitas pengomposan industri, dan 26 minggu di pengomposan rumah. Foopak Bio Natura dapat dikompos dan didaur ulang tanpa tambahan bahan kimia apapun. Sebagai bahan kemasan yang ramah lingkungan , Foopak Bio Natura diharapkan dapat membantu mengurangi limbah plastik serta secara jelas mendukung ekonomi yang lebih berkelanjutan.
Kesadaran akan risiko bencana seharusnya mendorong kita untuk berbuat sesuatu di masa kini dalam upaya pencegahan. Kita hanya akan tergerak untuk berbuat sesuatu jika optimis bahwa apa yang kita lakukan akan bermanfaat. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Indah Kiat Pulp & Paper di atas merupakan contoh nyata dari implementasi situasi yang saling menguntungkan atas upaya untuk mendukung lingkungan, pada saat yang sama dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat lokal.