Merupakan harapan semua orang untuk hidup berkelanjutan dan memberikan warisan yang terbaik untuk anak cucu serta generasi selanjutnya. Namun apakah harapan itu dapat terwujud dengan mudah? Faktanya kita dihadapkan dengan berbagai issue baik kesejateraan ekonomi, sosial maupun lingkungan. Masalah-masalah tersebut membuat PBB menetapkan tujuan pembangunan berkelanjutan yang dikenal dengan SDGs (Sustainable Development Goals) di tahun 2015. Tujuan ini merupakan bagian dari Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan yang berisi 17 tujuan dan 169 sasaran untuk mencapai kesejahteraan ekonomi, sosial, dan lingkungan yang berkelanjutan. Berbicara tentang SDGs, SDGs mencakup berbagai aspek pembangunan termasuk kesejahteraan ekonomi, hak asasi manusia, lingkungan, dan kesejahteraan sosial. Tujuan-tujuan ini ditujukan untuk mengatasi masalah-masalah global seperti kemiskinan, kelaparan, kesenjangan sosial, perubahan iklim, dan kerusakan lingkungan.
Ditinjau dari poin-poin tersebut, masalah lingkungan merupakan salah satu hal yang diperhatikan pada aspek SDGs. Salah satu masalah lingkungan yang saat ini menjadi perhatian global adalah masalah plastik. Plastik, selain bahan yang paling banyak digunakan di seluruh dunia, tetapi juga merupakan salah satu bahan yang paling sulit terurai dan menyebabkan kerusakan lingkungan yang besar. Tujuan SDGs yang paling relevan dengan masalah plastik yaitu;
Tujuan nomor 12 yaitu membahas tentang konsumsi dan produksi berkelanjutan. Salah satu bahan yang memiliki tingkat produksi dan konsumsi yang tinggi adalah plastik. Sifat sampah plastik tidak mudah terurai, proses pengolahannya menimbulkan toksit, bersifat karsinogenik dan butuh waktu sampai ratusan tahun untuk bisa terurai. Menurut data dari National Geographic plastik membutuhkan waktu agar dapat terurai dalam kurun waktu 450 tahun.
Tujuan nomor 13 yaitu tentang penanganan perubahan iklim. Industri plastik menghasilkan gas rumah kaca seperti CO2 dan gas metana yang dapat menyebabkan perubahan iklim (pemanasan planet)/efek rumah kaca dan memiliki kontribusi 8% terhadap perubahan iklim.
Tujuan no 14 yaitu keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati di laut paling berdampak akibat banyaknya sampah plastik. Hal ini terbukti dari banyak kandungan plastik yang belum terurai sempurna (mikroplastik) pada biota-biota laut, dan tentunya hal ini dapat mengancam populasi hingga spesies biota laut ke depan. Selain itu mikroplastik diyakini memiliki efek berbahaya karena mikroplastik dapat menjadi media untuk memfasilitasi pengangkutan senyawa toksik seperti logam berat dan polutan yang persisten ke tubuh organisme.
Menurut data United Nation Environment Programme, jika tidak ada perubahan signifikan, maka diproyeksikan pada 2050 akan ada 12 milliar sampah plastik yang tersebar di lingkungan dan hanya ada sekitar 9% dari plastik yang berhasil dikumpulkan dan didaur ulang. Plastik yang tidak dikumpulkan dan didaur ulang dapat menimbulkan masalah yang serius bagi lingkungan, termasuk kerusakan ekosistem laut dan pantai, kerusakan habitat hewan, dan keracunan makanan.
Untuk mengatasi masalah plastik, banyak inovasi yang diciptakan untuk mengurangi limbah plastik di berbagai segmen industri dan melalui berbagai aksi. Berikut ini adalah gerakan-gerakan konstruktif yang dilakukan untuk langkah preventif dan kuratif penggunaan plastik:
Gerakan "Say No to Plastic Bags”, adalah upaya untuk mengurangi penggunaan kantong plastik sekali pakai. Gerakan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang dampak negatif dari penggunaan kantong plastik serta memberikan alternatif yang lebih ramah lingkungan seperti menggunakan tas belanja yang dapat digunakan berulang kali. Gerakan ini telah dilakukan secara global, beberapa contohnya adalah India, pemerintah mengeluarkan peraturan yang melarang penjualan, produksi, dan distribusi kantong plastik sejak tahun 2016. Di California, Amerika Serikat, diadakan larangan penjualan kantong plastik pada tahun 2016. Di beberapa negara Eropa seperti Italia, Belgia, dan Prancis telah diterapkan larangan penjualan kantong plastik dan dikenakan denda bagi pelanggar.
The “Plastic Free Challenge” movement aims to encourage people to take a challenge of not using plastic products for a certain period of time, such as a month or a year. The goal of this movement is to raise awareness among the public about the negative impacts of plastic use and to provide more environmentally friendly alternatives.
Some examples of plastic free challenge movements in several countries are carried out, such as in Australia where “Plastic Free July” is held every year in July, where the community is encouraged to not use plastic products In July. In UK, there is the “Plastic Free February” movement which is held every year in February, where the community is encouraged to not use plastic products in February. In Indonesia, the “Year Without Plastic” movement is held annually, where people are invited not to use plastic for one year.
Gerakan “Plastic Free Coastlines" Gerakan ini merupakan upaya untuk mengurangi sampah plastik di pantai dan laut. Gerakan ini dilakukan dengan cara melakukan aktivitas pembersihan pantai dan laut, serta meningkatkan kesadaran masyarakat tentang dampak negatif dari sampah plastik di lingkungan laut. Aktivitas pembersihan ini dilakukan dengan cara mengumpulkan sampah plastik yang ditemukan di pantai dan laut, dan mengolahnya menjadi produk yang dapat digunakan kembali. Gerakan ini dilakukan di beberapa negara dan kota di seluruh dunia. Di India dikenal dengan nama gerakan “Clean Coastlines”, di Australia dikenal dengan gerakan “Take 3 for The Sea” yang diadakan oleh organisasi lingkungan dengan mengajak masyarakat mengambil 3 sampah plastik saat berada di pantai atau laut, dan di Indonesia gerakan ini dikenal dengan gerakan “Indonesia Plastic Free Coastlines”.
Melihat data sampah yang ada beserta langkah pencegahan yang diambil, proyeksi pertumbuhan sampah plastik pada tahun 2023 sangat tergantung pada kebijakan dan upaya yang diambil untuk mengurangi produksi, penggunaan dan pengolahan plastik. Namun, jika tidak ada perubahan yang signifikan dalam cara kita menangani masalah plastik, diperkirakan bahwa jumlah sampah plastik yang dibuang ke lingkungan akan terus meningkat tiap tahunnya.
Secara keseluruhan, SDGs mengajak semua pihak untuk bekerja sama dalam mempromosikan pembangunan berkelanjutan dan mengurangi kerusakan lingkungan, termasuk masalah plastik. Gerakan-gerakan untuk mengurangi penggunaan plastik adalah salah satu cara yang efektif untuk mencapai tujuan SDGs yang berkesinambungan. Hal ini harus menjadi sorotan bagi pihak pemerintah, pengusaha, dan masyarakat.
PT. Indah Kiat Pulp and Paper dibawah naungan Sinar Mas Group menciptakan produk unggulan kertas kemasan inovatif yaitu Foopak Bio Natura. Foopak Bio Natura dirancang untuk menjadi solusi pengemasan makanan dan minuman yang ramah lingkungan, menggunakan teknologi pelapis disperse terdepan untuk menggantikan lapisan plastik dalam industry jasa makanan. Foopak Bio Natura hanya menggunakan sumber kayu yang bersertifikat, bebas plastik (disertifikasi oleh produk bebas plastik, bebas OBA, tahan pada suhu tinggi, tahan terhadap air, dan memberikan fungsi produk yang lebih unggul. Dengan sifatnya yang non-plastik, Foopak Bio Natura dapat dikomposkan dalam waktu 12 minggu di fasilitas kompos industri dan 24 minggu di fasilitas kompos rumahan. Foopak Bio Natura juga dapat didaur-ulang dan dapat di-repulp tanpa proses tambahan. Produk Foopak Bio Natura sudah memiliki sertifikasi plastic free oleh Flustix dan sudah lulus uji food grade dari FDA dan ISEGA sehingga aman untuk menjadi wadah konsumsi makanan dan minuman. Foopak Bio Natura dengan keunggulan yang dimiliki tentunya menjadi solusi bagi permasalahan lingkungan, sampah plastik, dan perubahan iklim serta membantu mewujudkan implementasi SDGs nomor 12, 13, dan 14.
Produk Foopak Bio Natura sudah memiliki sertifikasi plastic free oleh Flustix dan sudah lulus uji food grade dari FDA dan ISEGA sehingga aman untuk menjadi wadah konsumsi makanan dan minuman. Foopak Bio Natura dengan keunggulan yang dimiliki tentunya menjadi solusi bagi permasalahan lingkungan, sampah plastik, dan perubahan iklim serta membantu mewujudkan implementasi SDGs nomor 12, 13, dan 14.
Menjaga lingkungan bukan hanya membawa manfaat untuk kehidupan saat ini tapi juga untuk kehidupan di masa yang akan datang. Mari bersama mulai lebih bijaksana untuk mengurangi penggunaan plastik dan berpartisipasi untuk menjaga masa depan generasi kita. Yuk mulai gerakan dan gebrakan baru yang lebih positif!